Lewat sebuah Hadits Qudsi
Allah mengajak hamba-Nya berdialog
Hamba-Ku,
Aku haramkan aniaya atas Diri-Ku
Dan Kujadikan ia larangan bagimu
Maka, janganlah saling menganiaya
Hamba-Ku,
Setiap dari kalian akan tersesat
Kecuali mereka yang Kuberi petunjuk
Maka mintalah bimbingan kepada-Ku Pasti Ku bimbing
Hamba-Ku,
Setiap dari kalian tetap akan lapar
Kecuali mereka yang Kuberi rezeki
Maka mintalah nafkah kepada-Ku Pasti Kupenuhi
Hamba-Ku,
Setiap dari kalian adalah telanjang
Kecuali orang yang Ku sandangi
Maka mintalah pakaian kepada-Ku Pasti Ku cukupi
Hamba-Ku,
Tak ada artinya bagi-Ku
Perilaku baik dan burukmu
Maka berbuatlah sesukamu
Hamba-Ku,
Jika saja seluruh dari sesamamu
Semenjak makhluk pertama hingga generasi paling purna
Baik jin maupun manusia
Semuanya bertakwa dengan sepenuh jiwa
Laksana jiwa orang yang paling suci di antaramu
Sungguh sedikit pun tidak menambahi
Kemegah-agungan istana-Ku
Dan kalaupun semuanya durhaka
Laksana jiwa orang yang paling durjana di antaramu
Sungguh sedikit pun takkan mempengaruhi
Kemegahan istana-Ku
Dan seandainya semuanya berdiri menyatu
Di atas sebongkah batu
Kemudian berdoa dan meminta
Pasti akan Kupenuhi satu persatu pintanya
Dan sungguh semua itu
Takkan mengurangi sedikit pun apa yang ada pada-Ku
Melainkan hanya bagai air yang menempel pada peniti
Yang dientas dari samudera
Hamba-Ku,
Adanya dirimu hanya bagi dirimu
Dan semua bergantung atas perbuatanmu
Aku berikan kesempatan
Dan nantinya Ku anugerahi balasan
Siapa pun nantinya yang memperoleh kebaikan
Hendaklah ia berterima kasih dan memuji Tuhan
Dan yang menemukan keburukan
Janganlah mengeluh dan menyalahkan
Kecuali pada dirinya sendiri
Rasulullah saw. bersabda:
Orang-orang yang selalu menyayangi
Akan disayang Maha Penyayang
Maka, sayangilah penghuni bumi
Niscaya engkau akan disayang penduduk langit
Senin, 18 April 2011
RENUNGAN AWAL (SUFINEWS)
Tersesat di Syurga (SUFI NEWS)
Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”
“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”
“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya harus bagaimana tuan…”
“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.
Sabtu, 15 Januari 2011
Jagalah Ia
Kuharap Itu bukan untukku saat ini,
Simpan itu untukku yang halal bagimu nanti,
Bantu aku menjaga mataku,
Bantu aku menjaga Indra pembauku,
Karena kulitku sangat peka,
Agar medan pikat kita tak terlalu berbahaya,
InsyaAlloh - bersamaNya kita bisa...
Senin, 01 November 2010
"Solidaritas Slankers" untuk Indonesia
Mengapa Harus Tunggu Bencana
Baru Kita Percaya Kebesaran Tuhan
Mengapa Harus Tunggu Bencana
Tentara Datang Untuk Kemanusiaan
Mengapa Gak Setiap Hari
Berbuat Seperti Ini
Mengapa Harus Tunggu Bencana
Kita Rela Sisihkan Harta Untuk Sesama
aku Menangis Lihat Hari Ini
Tapi Tersenyum Tatap Masa Depan
Aaa
Apa Harus Tunggu Bencana ?
Baru Indonesia Bisa Bersatu . . .
Sabtu, 23 Oktober 2010
Semangat Mempertahankan
meraih itu lebih mudah dari pada mempertahankan
Inilah kehidupan manusia . . .Potensi yang ada dalam diri manusia sungguh akan selalu terdampingi oleh berbagai kekurangannya . . .
Dapat kita rasakan dalam hidup ini membentuk semangat ternyata lebih mudah dibuat bila dibandingkan dengan mempertahankan semangat.
Fakta terjadi yang kita alami menyara membuktikan bahwa banyak orang dengan mudah menjadi sosok yang memiliki semangat membara ketika atau setelah mendapatkan sebuah motivasi baik. Namun pada akhirnya, setelah hingar bingar terlupakannya motivasi itu, notabene kita akan kembali seperti semula. Dan kita hanya menjadi orang yang sama.
Dari hal ini dapat kita pahami bahwa motivasi itu tidak bisa dibentuk dengan mudah dari luar. Ia membutuhkan proses pembelajaran, ia juga membutuhkan kekuatan dari diri untuk tetap konsisten mempertahankan semangat.
Semoga kita memiliki kelapangan dalam menyelaraskan hati dan pikiran untuk tetap konsisten mempertahankan semangat kita.... Baca Selengkapnya . . .
Senin, 18 Oktober 2010
Peran Pendidikan Islam Dalam Mencetak Cendekiwan Muslim Masakini Sebagai Pelopor Kemajuan Peradaban
Sejarah telah membuktikan betapa kekuatan Islam dalam bidang Ilmu pengetahuan dimasa lalu telah mencapai kejayaannya. Tentunya kita sebagai penerus perjuangan mereka di masa kini perlu belajar dari sejarah kejayaan yang telah mereka ukir, juga sejarah kehancuran yang mereka alami. Apa yang mengakibatkan peradaban-peradaban besar Islam yang pernah menguasai dunia ini hancur? Mengapa kita hanya dapat menyaksikan sejarah kejayaannya? Apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam di bumi ini?.
Maka ,“Bercerminlah pada tokoh Cendekiawan muslim masa lampau,
dan menjelmalah sebagai Cendekiawan muslim masakini”
Kehancuran yang dialami peradaban-peradaban besar yang pernah ada di dunia ini merupakan akibat yang disebabkan karena gagalnya pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Semakin rapuh fungsi pendidikan akan mudah dipengaruhi oleh peradaban baru yang lebih kokoh bahkan kemungkinan besar akan menggantikannnya sama sekali.
Pendidikan adalah bagaikan pisau bermata dua yang dapat menganalisis dan membentuk manusia baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, pendidikan berupaya menggali dan memfungsikan potensi-potensi yang terdalam dan tersembunyi pada individu bagaikan lautan yang kaya akan mutiara dan ikan, tanpa usaha manusia ia akan tetap menjadi barang yang asing. Hanya dengan usaha manusialah mutiara-mutiara dan ikan-ikan dapat dijadikan perhiasan dan makanan. Begitupula potensi-potensi yang ada pada mausia.
Potensi akal atau intelektual bila diarahkan dan dikembangkan akan mampu melahirkan kemahiran berbahasa, menghitung, mengingat, berfikir, daya cipta dan lain-lainnya yang dapat menghantarka manusia ke taraf kehidupan yang sebelumnya masih menjadi ilusi. Meskipun potensi akal itu terbatas namun manusia telah mampu menjelajahi ruang angkasa dan dengan alat-alat canggih pula kehidupan manusia semakin mudah. Dari individu inilah pendidikan akan menggali dan mengembangkan kekayaan-kekayaan pada individu agar ia dapat menikmati hasilnya dan seterusnya untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan pendidikan terarah kepada masyarakat berupa pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda berupa nilai-nilai budaya agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara dan berkelanjutan. Nilai-nilai budaya tersebut dapat berupa intelektual, seni, polotik, ekonomi, agama, dan lain-lain. Karena tabiat pewarisan ini untuk menjaga kelestarian identitas masyarakat.
Mengingat pentingnya pendidikan baik dari segi individu maupun masyarakat sebagaimana diuraikan diatas, maka fungsi pendidikan ada tiga hal :
- Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
- Memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan tersebut dari generasi ke tua kepada generasi muda, dan
- Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang mejadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
Sungguh mulia peran pendidikan Islam apabila kita memahami dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dan akhirnya kita dapat menjadikan pendidikan Islam sebagai modal utama membangun peradaban meraih kembali peradaban Islam yang pernah mengalami kejayaannya di masa lampau. Sebagaimana pendidikan Islam akan mencetak ulama-ulama atau cendekiawan-cendekiawan muslim masakini, yakni kelompok orang pandai dalam suatu cabang ilmu atau beberapa ilmu pengetahuan, mereka adalah kelompok elite dalam struktur masyarakat Islam.
Dalam pengertian ulama di atas tidak sebatas kepada kepandaian dalam pengetahuan agama yang merupakan kategori pengetahuan fardu ain, tetapi dapat juga pandai dalam ilmu-ilmu lainnya, sehingga muncul istilah ulama kimiyai (ulama kimia), ulama ijtima’i (ulama kemasyarakatan), ulama tarikhi (ulama sejarah), dan sebagainya yang merupakan keahlian daripada cendekiawan muslim. Cendekiawan muslim yang di dalamnya menjalankan usahanya, berarti juga telah melaksanakan misi suci agamanya.
Cendekiwan muslim juga harus berperan serta dalam menyeru kenbajikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah yang munkar (amar mairuf nahi munkar) yang seluruh jiwanya itu dipancarkan dari jiwa tauhid. Mereka menegemban tugas untuk melanjutkan tradisi propetik Nabi dalam pengertian mewarisi ilmu Nabi dan terjun langsung sesuai dengan usahanya tersebut kepada persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat maka sikap kritisnya dapat terlihat dalam usahanya melampaui ijtihad dan ijmad. Ijtihad adalah usaha bersungguh-sungguh dengan penalaran yang kritis dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya dengan mengikuti cahaya Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta dengan analog yang tepat. Sedangkan ijmad adalah recontruction atau kristalisasi tradisi keilmuan dan adat istiadat sebagai upaya membangun kembali nilai-nilai moral etik dan transendental.
Seorang cendekiawan muslim sebagai orang yang menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, ia harus dapat megaktualiasasikan nilai-nilai Isalam dalam diri dan keluarganya, sehingga dapat menjadi tauladan yang baik bagi orang lain.
Jika dilihat peran cendekiawan muslim di Indonesia, maka akan nampak jelas betapa cendekiawan muslim sebagai hasil Pendidikan Islam juga cendekiwan lainnya terlibat dalam pembangunan di Indonesia. Cendekiawan, perguruan tinggi dan pemerintah adalah komponen yang berperan serta dalam konsep-konsep dan ide-ide pembangunan menuju peradaban yang lebih baik.
Dengan pendidikan Islam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi potensi utama pembangunan tentunya harus dikusai oleh cendekiawan-cendekiawan muslim masakini. Berbagai pembangunan sebagai usaha mewujudkan membangun kembali peradaban Islam seperti pada kejayaan yang telah dicontohkan di masa lampau adalah cita-cita kita bersama yang harus kita wujudkan mulai dari diri kita sendiri untuk memahami pendidikan Islam sebagai hal utama, sehingga kita dapat menjadi Cendekiawan-cendekiawan Muslim pembangun kemajuan peradaban.
Maka ,Baca Selengkapnya . . .
“Bercerminlah pada tokoh Cendekiawan muslim masa lampau,
dan menjelmalah sebagai Cendekiawan muslim masakini”
Pendidikan Untukku
Ia bukanlah segalanya
Ia juga bukan apa-apa yang begitu berharga
Namun,
Ia amatlah berguna
Bagi siapapun,
Kapanpun,
Dimanapun
Ia kudapat sejak aku kecil
Dan Ia masih selalu kucari hingga saat ini
Saat ini, ketika aku telah dewasa
Kemanapun aku akan mencarinya
Dan kemanapun aku akan dapat membawanya
Aku takkan puas dengannya yang sedikit
Dan aku takkan berhenti mencarinya
Karena Ia akan selalu ada
Meski jiwa telah lepas dari raga
Ialah kini yang selalu aku cari
Ialah kini yang selalu aku amalkan
Sebuah pendidikan yang bermakna
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan untuk semua