oleh : Yuananda Nur Basmalah
Bukan merupakan pernyataan yang aneh jika kita katakan “Bahwa Islam telah memiliki tradisi yang kuat dalam bidang ilmu pengetahuan di masa lampau”. Kesaksian sejarah telah menjawab dengan munculnya begitu banyak Ilmuwan dan penemu yang berasal dari peradaban Islam. Bahkan cukup banyak sejarahwan ilmu (science historians) yang menyebut peradaban Islam di zaman keemasannya sebagai Peradaban Ilmu. Semua bidang Ilmu pengetahuan yang dikenal saat itu dikemukai dari kalangan muslim. Sehingga sampai saat ini dapat kita kenang nama-nama tokoh cendekiawan muslim pada masa itu seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rush, Ibnu Khaldun, dan masih banyak lagi untuk kita sebutkan satu-persatu.Sejarah telah membuktikan betapa kekuatan Islam dalam bidang Ilmu pengetahuan dimasa lalu telah mencapai kejayaannya. Tentunya kita sebagai penerus perjuangan mereka di masa kini perlu belajar dari sejarah kejayaan yang telah mereka ukir, juga sejarah kehancuran yang mereka alami. Apa yang mengakibatkan peradaban-peradaban besar Islam yang pernah menguasai dunia ini hancur? Mengapa kita hanya dapat menyaksikan sejarah kejayaannya? Apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam di bumi ini?.
Maka ,“Bercerminlah pada tokoh Cendekiawan muslim masa lampau,
dan menjelmalah sebagai Cendekiawan muslim masakini”
Kehancuran yang dialami peradaban-peradaban besar yang pernah ada di dunia ini merupakan akibat yang disebabkan karena gagalnya pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Semakin rapuh fungsi pendidikan akan mudah dipengaruhi oleh peradaban baru yang lebih kokoh bahkan kemungkinan besar akan menggantikannnya sama sekali.
Pendidikan adalah bagaikan pisau bermata dua yang dapat menganalisis dan membentuk manusia baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, pendidikan berupaya menggali dan memfungsikan potensi-potensi yang terdalam dan tersembunyi pada individu bagaikan lautan yang kaya akan mutiara dan ikan, tanpa usaha manusia ia akan tetap menjadi barang yang asing. Hanya dengan usaha manusialah mutiara-mutiara dan ikan-ikan dapat dijadikan perhiasan dan makanan. Begitupula potensi-potensi yang ada pada mausia.
Potensi akal atau intelektual bila diarahkan dan dikembangkan akan mampu melahirkan kemahiran berbahasa, menghitung, mengingat, berfikir, daya cipta dan lain-lainnya yang dapat menghantarka manusia ke taraf kehidupan yang sebelumnya masih menjadi ilusi. Meskipun potensi akal itu terbatas namun manusia telah mampu menjelajahi ruang angkasa dan dengan alat-alat canggih pula kehidupan manusia semakin mudah. Dari individu inilah pendidikan akan menggali dan mengembangkan kekayaan-kekayaan pada individu agar ia dapat menikmati hasilnya dan seterusnya untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan pendidikan terarah kepada masyarakat berupa pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda berupa nilai-nilai budaya agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara dan berkelanjutan. Nilai-nilai budaya tersebut dapat berupa intelektual, seni, polotik, ekonomi, agama, dan lain-lain. Karena tabiat pewarisan ini untuk menjaga kelestarian identitas masyarakat.
Mengingat pentingnya pendidikan baik dari segi individu maupun masyarakat sebagaimana diuraikan diatas, maka fungsi pendidikan ada tiga hal :
- Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
- Memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan tersebut dari generasi ke tua kepada generasi muda, dan
- Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang mejadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
Sungguh mulia peran pendidikan Islam apabila kita memahami dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dan akhirnya kita dapat menjadikan pendidikan Islam sebagai modal utama membangun peradaban meraih kembali peradaban Islam yang pernah mengalami kejayaannya di masa lampau. Sebagaimana pendidikan Islam akan mencetak ulama-ulama atau cendekiawan-cendekiawan muslim masakini, yakni kelompok orang pandai dalam suatu cabang ilmu atau beberapa ilmu pengetahuan, mereka adalah kelompok elite dalam struktur masyarakat Islam.
Dalam pengertian ulama di atas tidak sebatas kepada kepandaian dalam pengetahuan agama yang merupakan kategori pengetahuan fardu ain, tetapi dapat juga pandai dalam ilmu-ilmu lainnya, sehingga muncul istilah ulama kimiyai (ulama kimia), ulama ijtima’i (ulama kemasyarakatan), ulama tarikhi (ulama sejarah), dan sebagainya yang merupakan keahlian daripada cendekiawan muslim. Cendekiawan muslim yang di dalamnya menjalankan usahanya, berarti juga telah melaksanakan misi suci agamanya.
Cendekiwan muslim juga harus berperan serta dalam menyeru kenbajikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah yang munkar (amar mairuf nahi munkar) yang seluruh jiwanya itu dipancarkan dari jiwa tauhid. Mereka menegemban tugas untuk melanjutkan tradisi propetik Nabi dalam pengertian mewarisi ilmu Nabi dan terjun langsung sesuai dengan usahanya tersebut kepada persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat maka sikap kritisnya dapat terlihat dalam usahanya melampaui ijtihad dan ijmad. Ijtihad adalah usaha bersungguh-sungguh dengan penalaran yang kritis dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya dengan mengikuti cahaya Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta dengan analog yang tepat. Sedangkan ijmad adalah recontruction atau kristalisasi tradisi keilmuan dan adat istiadat sebagai upaya membangun kembali nilai-nilai moral etik dan transendental.
Seorang cendekiawan muslim sebagai orang yang menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, ia harus dapat megaktualiasasikan nilai-nilai Isalam dalam diri dan keluarganya, sehingga dapat menjadi tauladan yang baik bagi orang lain.
Jika dilihat peran cendekiawan muslim di Indonesia, maka akan nampak jelas betapa cendekiawan muslim sebagai hasil Pendidikan Islam juga cendekiwan lainnya terlibat dalam pembangunan di Indonesia. Cendekiawan, perguruan tinggi dan pemerintah adalah komponen yang berperan serta dalam konsep-konsep dan ide-ide pembangunan menuju peradaban yang lebih baik.
Dengan pendidikan Islam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi potensi utama pembangunan tentunya harus dikusai oleh cendekiawan-cendekiawan muslim masakini. Berbagai pembangunan sebagai usaha mewujudkan membangun kembali peradaban Islam seperti pada kejayaan yang telah dicontohkan di masa lampau adalah cita-cita kita bersama yang harus kita wujudkan mulai dari diri kita sendiri untuk memahami pendidikan Islam sebagai hal utama, sehingga kita dapat menjadi Cendekiawan-cendekiawan Muslim pembangun kemajuan peradaban.
Maka ,
“Bercerminlah pada tokoh Cendekiawan muslim masa lampau,
dan menjelmalah sebagai Cendekiawan muslim masakini”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar