Rabu, 21 September 2011

Jagalah Hati

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Illahi

Bila hati kian bersih pikiranpun akan jernih
Semangat hidup nan gigih
Prestasi mudah diraih
Namun bila hati keruh
Batin selalu gemuruh
Seakan di kejar musuh

Dengan Allah kian jauh
Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau noda
Jagalah hati cahaya Illahi

Biasanya manusia sangat memberi perhatian dan mengawasi kesehatan fisik. Pengawasan dibuat dengan seribu satu macam cara. Apabila mengalami sakit atau gangguan lainnya, biasanya tanpa lengah lagi manusia akan segera menemui dokter. Andainya sembuh, mungkin akan berpindah ke dokter ahli.

Anehnya, tidak demikian sikap manusia dalam menghadapi penyakit hati atau rohani. Ada manusia memandang remeh persoalan hati atau roh. Padahal akibat dari semua itu akan melahirkan penyakit penyakit hati yang kemudian melahirkan segala kejahatan dan kemungkaran dan kemaksiatan lainnya.

Kenapa kita mesti menjaga hati? Karena kelak hati atau roh itu akan kekal atau dikekalkan, tidak seperti fisik kita. Yang dulunya cantik tapi akan berubah menjadi keriput dan peot. Fisik ini akan binasa dimakan usia dan akan hancur berkalang tanah. Tapi hati atau roh, akan kekal walau kita sudah mati, dan hati itu akan diberi jasad baru di akhirat. Hati atau Roh itulah yang akan menerima atau merasa nikmat atau azab bersama jasad barunya di Akhirat kelak.

Hati atau roh itu menjadi rebutan antara malaikat dan syaitan, yang mana sama-sama ingin mengisi. Malaikat dengan iman, syaitan dengan kekufuran atau malaikat dengan keyakinan, syaitan dengan keraguan.

Hati atau roh adalah tempat jatuhnya ilham atau ilmu laduni (mendapat ilmu tanpa belajar), ia merupakan wahbiah (anugerah) dari Allah. Akal tempat ilmu nazali (ilmu yang dipelajari). Sedangkan hati atau Roh kalau ia bersih, Allah akan memberikan ia rasa yang tepat.
Roh kalau ia terlalu bersih, matanya lebih tajam dari mata lahir atau mata kepala, sebahagian perkara yang ghaib Allah perlihatkan kepadanya. Itulah yang dikatakan mukasyafatul qulub.

Roh atau hati adalah raja dalam diri. Kalau hati itu baik, ia akan arahkan pasukannya (tentara-tentaranya) yaitu anggota badan kita kepada kebaikan. Kalau ia jahat, ia akan arah tenteranya membuat kejahatan.

Hati tempat penglihatan dan nilai Tuhan. Maka jagalah hati atau Roh kita dengan baik. Berilah ia makanan yang baik dan cukup, yaitu berupa shalat, zikrullah, membaca Al Quran, tasbih, tahmid, shalawat , mensykuri nikmat Allah dan selalulah mengingat mati. Berilah hati atau roh kita dengan pakaian bagus dan indah yang bernama taqwa. Jauhkanlah hati dari penyakit marah, bakhil, pendendam, sombong, riya, ujub, takabbur dan sebagainya. Maka jagalah hati. Wallahul musta’an.

Baca Selengkapnya . . .

Ku Tata kembali

"Alloh itu selalu dekat dengan kita, bahkan saat kita bermaksiat dariNyapun Alloh senantiasa dekat, tiada yang dapat menunda datangnya pertolongan Alloh jika memang Dia berkehendak menolong kita"


Sebuah nasehat sederhana yang belum lama aku dapat dari salah satu sahabatku, dikala hati ini bimbang, dikala jiwa ini kacau, potongan kalimat yang penuh dengan keyakinan itulah yang membangkitkanku, "Apalah guna bersedih jika hanya untuk terpuruk, apalah guna menyesal jika hanya untuk menghina diri" kecam hatiku saat itu, sebagai awal ketegasanku untuk kembali menata hati . . .

Baca Selengkapnya . . .

Dengarkanlah Hatiku

"Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara. Mendengar harus dua kali lebih banyak, agar ucapan kita jadi lebih bermakna. Semoga Allah Yang Maha Mendengar menggolongkan kita sebagai orang-orang yang merasa didengar oleh-Nya."

Mendengar, hal ini mungkin adalah salah satu kekurangan dalam hidupku kawan, dalam kehidupanku sadar atau tidak aku mengakuinya bahwa aku bukanlah pendengar yang baik, aku lebih suka berkata daripada mendengarkan, lebih suka menasehati daripada mendengarkan lantunan-lantunan nasehat, namun jangan contoh aku kawan.

Jadilah engkau pendengar setia, pendengar setia bagi orang-orang terdekatmu, yang selalu mendengarkan dengan seksama, apa-apa yang menjadi topik bahasan dalam setiap pembicaraan, sehingga kau tak akan seperti aku, yang terkadang mudah lupa dengan topik pembahasan saat ngobrol. Ya itulah aku . . . sekali lagi, jangan tiru aku kawan . . .

Hal penting lainnya dalam mendengar adalah menyertainya dengan hati, menjadi pendengar setia yang selalu menemani dengan hangat, dengan hati yang penuh hikmat, itulah kawan setia, contohlah Ia kawan . . .

Namun kawan, aku juga ingin sepertimu, aku ingin belajar . . . belajar mendengarkan bisik, sapa, tanya, curahan hati dari engkau semua kawan, aku juga ingin sepertimu . . . sekarang kawan, apa kau yang pandai mendengarkan tak memberikan kesempatan padaku untuk belajar?

Baca Selengkapnya . . .

Kamis, 09 Juni 2011

Yuananda Nur Basmalah
Mathematics Education
08600014


Role of Islamic Education In in shaping modern islamic scientist As a pioneer of Civilization Progress

by: Yuananda Nur Basmalah

Not an unusual statement when we say "That Islam has a strong tradition in science in the past." The testimony of history has been answered with the emergence of so many scientists and inventors who came from Islamic civilization. In fact quite a lot of historians of science (science historians) who called golden age of Islamic civilization as a civilization in Science. All areas of science known at that time pioneered from among s. So far can we recalled the names of prominent modern islamic scientistin those days such as Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rush, Ibn Khaldun, and many more to be mentioned one by one.

History has shown how the power of Islam in the field of science in the past have achieved glory. Surely we as a successor in the present struggle they need to learn from the history of the triumph which they had carved, as well as destruction of their natural history. What caused the great Islamic civilizations that once ruled the world is destroyed? Why we can only watch the history of glory? What should we do to restore the glory of Islamic civilization on this earth?.

Thus,
"follow the figures of the past islamic scientist, and be as Modern islamic scientist "

The devastation experienced great civilizations that ever existed in this world is the result caused by the failure of education in carrying out its functions. The more fragile education functions will be easily influenced by a new civilization that is more likely to be robust even replace altogether.

Education is like a double-edged knife that can analyze and form a human being both as individuals and as community, education and explored to enable the potential of the deepest and hidden in a sea of rich individuals will pearl and fish, without human effort it will remain the goods strange. Only with the efforts of men the pearls and the fish can be used as jewelry and meals. Neither the existing potentials in human beings.

Sense or intellectual potential when directed and developed proficiency will be able to give birth, calculating, remembering, thinking, creativity and others who may delivers human to the previous living standard is still to be an illusion. Although the potential is limited but the human intellect has been able to explore outer space and with advanced tools also human life easier. From this individual will explore and develop educational riches on the individual so that he can enjoy the results and so on for the benefit of the wider society.

While education directed to the public in the form of cultural inheritance from the older generation to the younger generation of cultural values for the identity of these communities is maintained and sustained. Cultural values can be intellectual, artistic, polotik, economic, religious, and others. Because the nature of this inheritance to preserve community identity.
Given the importance of education both in terms of individuals and society as described above, the educational function of three things:
1. Preparing young people for holding certain roles in society in the future.
2. Moving the science relating to the role of the older generation to younger generations, and
3. Moving the values that aim to preserve the integrity and unity of the people who form the necessary condition for the continuation of life of a society and civilization.

As for Islamic Education is built based on Islamic values, according to Islam, Islamic education is not only a function of three terms as described above, but amsih have added a function again, the fourth function is to look for happiness in the world and the hereafter, so that this fourth function relates closely with the three other functions and animates its implementation.

What a glorious role of Islamic education if we are to understand and be able to function properly. And finally we can make Islamic education as a major capital build the civilization of Islamic civilization to regain that have experienced glory in the past. As Islamic education will print modern islamic scientist, a group of smart people in a discipline or science, they are an elite group in the structure of Islamic society.
In that sense the above modern islamic scientistare not limited to the intelligence of religious knowledge which is obligatory ain knowledge category, but can also be good in other sciences, so that the term kimiyai modern islamic scientist(ulama chemistry), ijtima'i modern islamic scientist(ulama community), cleric tarikhi (religious history), and so forth which is a skill rather than modern islamic scientist. Modern islamic scientist are in it to run its business, it means also been carrying out the sacred mission of his religion.
Modern islamic scientist must also participate in the call goodness, invites to the kindness and prevent the evil (amar ma’ruf nahi munkar) that all his soul that emanated from the spirit of monotheism. They assumed propetik duty to continue the tradition of the Prophet in the sense of inherited knowledge of the Prophet and the immediate jump in accordance with his efforts to the problems being faced by the public then critical attitude can be seen in his efforts beyond ijtihad and ijmad. Ijtihad is a serious business with the critical reasoning in solving problems at hand by following the light of the Qur'an and Sunnah that authentically and with the right analog. While ijmad is recontruction or crystallization of scientific traditions and customs as an effort to rebuild the moral values of ethics and the transcendental.
A intellectuals as people who run amar ma'ruf – nahi munkar, he should be able actualize Islam values in themselves and their families, so it can be a good role model for others.
If viewed the role of intellectuals in Indonesia, it would seem clear how modern islamic scientist as a result of Islamic Education Other islamic scientist also involved in development in Indonesia. Modern scholar, university and government are the components that participate in the concepts and ideas of development toward a better civilization.
With the development of Islamic education in science and technology that became the main potential for development must be controlled by modern islamic scientist. Various development as businesses realize rebuild Islamic civilization as the triumph which has been exemplified in the past is our shared ideals that we must achieve start from ourselves to understand the Islamic education as the main thing, so that we can become Modern islamic scientistbuilder-modern islamic scientistthe progress of civilization.
Thus,
"follow the figures of the past islamic scientist, and be as Modern islamic scientist "

Baca Selengkapnya . . .

Senin, 18 April 2011

RENUNGAN AWAL (SUFINEWS)



Lewat sebuah Hadits Qudsi
Allah mengajak hamba-Nya berdialog


Hamba-Ku,
Aku haramkan aniaya atas Diri-Ku
Dan Kujadikan ia larangan bagimu
Maka, janganlah saling menganiaya

Hamba-Ku,
Setiap dari kalian akan tersesat
Kecuali mereka yang Kuberi petunjuk
Maka mintalah bimbingan kepada-Ku Pasti Ku bimbing

Hamba-Ku,
Setiap dari kalian tetap akan lapar
Kecuali mereka yang Kuberi rezeki
Maka mintalah nafkah kepada-Ku Pasti Kupenuhi

Hamba-Ku,
Setiap dari kalian adalah telanjang
Kecuali orang yang Ku sandangi
Maka mintalah pakaian kepada-Ku Pasti Ku cukupi

Hamba-Ku,
Tak ada artinya bagi-Ku
Perilaku baik dan burukmu
Maka berbuatlah sesukamu


Hamba-Ku,
Jika saja seluruh dari sesamamu
Semenjak makhluk pertama hingga generasi paling purna
Baik jin maupun manusia
Semuanya bertakwa dengan sepenuh jiwa
Laksana jiwa orang yang paling suci di antaramu
Sungguh sedikit pun tidak menambahi
Kemegah-agungan istana-Ku
Dan kalaupun semuanya durhaka
Laksana jiwa orang yang paling durjana di antaramu
Sungguh sedikit pun takkan mempengaruhi
Kemegahan istana-Ku
Dan seandainya semuanya berdiri menyatu
Di atas sebongkah batu
Kemudian berdoa dan meminta
Pasti akan Kupenuhi satu persatu pintanya
Dan sungguh semua itu
Takkan mengurangi sedikit pun apa yang ada pada-Ku
Melainkan hanya bagai air yang menempel pada peniti
Yang dientas dari samudera

Hamba-Ku,
Adanya dirimu hanya bagi dirimu
Dan semua bergantung atas perbuatanmu
Aku berikan kesempatan
Dan nantinya Ku anugerahi balasan
Siapa pun nantinya yang memperoleh kebaikan
Hendaklah ia berterima kasih dan memuji Tuhan
Dan yang menemukan keburukan
Janganlah mengeluh dan menyalahkan
Kecuali pada dirinya sendiri
Rasulullah saw. bersabda:
Orang-orang yang selalu menyayangi
Akan disayang Maha Penyayang
Maka, sayangilah penghuni bumi
Niscaya engkau akan disayang penduduk langit

Baca Selengkapnya . . .

Tersesat di Syurga (SUFI NEWS)


Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”

“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”

“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”

Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya harus bagaimana tuan…”

“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.

Baca Selengkapnya . . .

Sabtu, 15 Januari 2011

Jagalah Ia




Kuharap Itu bukan untukku saat ini,
Simpan itu untukku yang halal bagimu nanti,
Bantu aku menjaga mataku,
Bantu aku menjaga Indra pembauku,
Karena kulitku sangat peka,
Agar medan pikat kita tak terlalu berbahaya,
InsyaAlloh - bersamaNya kita bisa...

Baca Selengkapnya . . .