Mengapa Harus Tunggu Bencana
Baru Kita Percaya Kebesaran Tuhan
Mengapa Harus Tunggu Bencana
Tentara Datang Untuk Kemanusiaan
Mengapa Gak Setiap Hari
Berbuat Seperti Ini
Mengapa Harus Tunggu Bencana
Kita Rela Sisihkan Harta Untuk Sesama
aku Menangis Lihat Hari Ini
Tapi Tersenyum Tatap Masa Depan
Aaa
Apa Harus Tunggu Bencana ?
Baru Indonesia Bisa Bersatu . . .
Senin, 01 November 2010
"Solidaritas Slankers" untuk Indonesia
Sabtu, 23 Oktober 2010
Semangat Mempertahankan
meraih itu lebih mudah dari pada mempertahankan
Inilah kehidupan manusia . . .Potensi yang ada dalam diri manusia sungguh akan selalu terdampingi oleh berbagai kekurangannya . . .
Dapat kita rasakan dalam hidup ini membentuk semangat ternyata lebih mudah dibuat bila dibandingkan dengan mempertahankan semangat.
Fakta terjadi yang kita alami menyara membuktikan bahwa banyak orang dengan mudah menjadi sosok yang memiliki semangat membara ketika atau setelah mendapatkan sebuah motivasi baik. Namun pada akhirnya, setelah hingar bingar terlupakannya motivasi itu, notabene kita akan kembali seperti semula. Dan kita hanya menjadi orang yang sama.
Dari hal ini dapat kita pahami bahwa motivasi itu tidak bisa dibentuk dengan mudah dari luar. Ia membutuhkan proses pembelajaran, ia juga membutuhkan kekuatan dari diri untuk tetap konsisten mempertahankan semangat.
Semoga kita memiliki kelapangan dalam menyelaraskan hati dan pikiran untuk tetap konsisten mempertahankan semangat kita.... Baca Selengkapnya . . .
Senin, 18 Oktober 2010
Peran Pendidikan Islam Dalam Mencetak Cendekiwan Muslim Masakini Sebagai Pelopor Kemajuan Peradaban
Sejarah telah membuktikan betapa kekuatan Islam dalam bidang Ilmu pengetahuan dimasa lalu telah mencapai kejayaannya. Tentunya kita sebagai penerus perjuangan mereka di masa kini perlu belajar dari sejarah kejayaan yang telah mereka ukir, juga sejarah kehancuran yang mereka alami. Apa yang mengakibatkan peradaban-peradaban besar Islam yang pernah menguasai dunia ini hancur? Mengapa kita hanya dapat menyaksikan sejarah kejayaannya? Apa yang harus kita lakukan untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam di bumi ini?.
Maka ,“Bercerminlah pada tokoh Cendekiawan muslim masa lampau,
dan menjelmalah sebagai Cendekiawan muslim masakini”
Kehancuran yang dialami peradaban-peradaban besar yang pernah ada di dunia ini merupakan akibat yang disebabkan karena gagalnya pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Semakin rapuh fungsi pendidikan akan mudah dipengaruhi oleh peradaban baru yang lebih kokoh bahkan kemungkinan besar akan menggantikannnya sama sekali.
Pendidikan adalah bagaikan pisau bermata dua yang dapat menganalisis dan membentuk manusia baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, pendidikan berupaya menggali dan memfungsikan potensi-potensi yang terdalam dan tersembunyi pada individu bagaikan lautan yang kaya akan mutiara dan ikan, tanpa usaha manusia ia akan tetap menjadi barang yang asing. Hanya dengan usaha manusialah mutiara-mutiara dan ikan-ikan dapat dijadikan perhiasan dan makanan. Begitupula potensi-potensi yang ada pada mausia.
Potensi akal atau intelektual bila diarahkan dan dikembangkan akan mampu melahirkan kemahiran berbahasa, menghitung, mengingat, berfikir, daya cipta dan lain-lainnya yang dapat menghantarka manusia ke taraf kehidupan yang sebelumnya masih menjadi ilusi. Meskipun potensi akal itu terbatas namun manusia telah mampu menjelajahi ruang angkasa dan dengan alat-alat canggih pula kehidupan manusia semakin mudah. Dari individu inilah pendidikan akan menggali dan mengembangkan kekayaan-kekayaan pada individu agar ia dapat menikmati hasilnya dan seterusnya untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan pendidikan terarah kepada masyarakat berupa pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda berupa nilai-nilai budaya agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara dan berkelanjutan. Nilai-nilai budaya tersebut dapat berupa intelektual, seni, polotik, ekonomi, agama, dan lain-lain. Karena tabiat pewarisan ini untuk menjaga kelestarian identitas masyarakat.
Mengingat pentingnya pendidikan baik dari segi individu maupun masyarakat sebagaimana diuraikan diatas, maka fungsi pendidikan ada tiga hal :
- Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.
- Memindahkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan peranan tersebut dari generasi ke tua kepada generasi muda, dan
- Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang mejadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
Sungguh mulia peran pendidikan Islam apabila kita memahami dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dan akhirnya kita dapat menjadikan pendidikan Islam sebagai modal utama membangun peradaban meraih kembali peradaban Islam yang pernah mengalami kejayaannya di masa lampau. Sebagaimana pendidikan Islam akan mencetak ulama-ulama atau cendekiawan-cendekiawan muslim masakini, yakni kelompok orang pandai dalam suatu cabang ilmu atau beberapa ilmu pengetahuan, mereka adalah kelompok elite dalam struktur masyarakat Islam.
Dalam pengertian ulama di atas tidak sebatas kepada kepandaian dalam pengetahuan agama yang merupakan kategori pengetahuan fardu ain, tetapi dapat juga pandai dalam ilmu-ilmu lainnya, sehingga muncul istilah ulama kimiyai (ulama kimia), ulama ijtima’i (ulama kemasyarakatan), ulama tarikhi (ulama sejarah), dan sebagainya yang merupakan keahlian daripada cendekiawan muslim. Cendekiawan muslim yang di dalamnya menjalankan usahanya, berarti juga telah melaksanakan misi suci agamanya.
Cendekiwan muslim juga harus berperan serta dalam menyeru kenbajikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah yang munkar (amar mairuf nahi munkar) yang seluruh jiwanya itu dipancarkan dari jiwa tauhid. Mereka menegemban tugas untuk melanjutkan tradisi propetik Nabi dalam pengertian mewarisi ilmu Nabi dan terjun langsung sesuai dengan usahanya tersebut kepada persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat maka sikap kritisnya dapat terlihat dalam usahanya melampaui ijtihad dan ijmad. Ijtihad adalah usaha bersungguh-sungguh dengan penalaran yang kritis dalam memecahkan persoalan yang sedang dihadapinya dengan mengikuti cahaya Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta dengan analog yang tepat. Sedangkan ijmad adalah recontruction atau kristalisasi tradisi keilmuan dan adat istiadat sebagai upaya membangun kembali nilai-nilai moral etik dan transendental.
Seorang cendekiawan muslim sebagai orang yang menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, ia harus dapat megaktualiasasikan nilai-nilai Isalam dalam diri dan keluarganya, sehingga dapat menjadi tauladan yang baik bagi orang lain.
Jika dilihat peran cendekiawan muslim di Indonesia, maka akan nampak jelas betapa cendekiawan muslim sebagai hasil Pendidikan Islam juga cendekiwan lainnya terlibat dalam pembangunan di Indonesia. Cendekiawan, perguruan tinggi dan pemerintah adalah komponen yang berperan serta dalam konsep-konsep dan ide-ide pembangunan menuju peradaban yang lebih baik.
Dengan pendidikan Islam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi potensi utama pembangunan tentunya harus dikusai oleh cendekiawan-cendekiawan muslim masakini. Berbagai pembangunan sebagai usaha mewujudkan membangun kembali peradaban Islam seperti pada kejayaan yang telah dicontohkan di masa lampau adalah cita-cita kita bersama yang harus kita wujudkan mulai dari diri kita sendiri untuk memahami pendidikan Islam sebagai hal utama, sehingga kita dapat menjadi Cendekiawan-cendekiawan Muslim pembangun kemajuan peradaban.
Maka ,Baca Selengkapnya . . .
“Bercerminlah pada tokoh Cendekiawan muslim masa lampau,
dan menjelmalah sebagai Cendekiawan muslim masakini”
Pendidikan Untukku
Ia bukanlah segalanya
Ia juga bukan apa-apa yang begitu berharga
Namun,
Ia amatlah berguna
Bagi siapapun,
Kapanpun,
Dimanapun
Ia kudapat sejak aku kecil
Dan Ia masih selalu kucari hingga saat ini
Saat ini, ketika aku telah dewasa
Kemanapun aku akan mencarinya
Dan kemanapun aku akan dapat membawanya
Aku takkan puas dengannya yang sedikit
Dan aku takkan berhenti mencarinya
Karena Ia akan selalu ada
Meski jiwa telah lepas dari raga
Ialah kini yang selalu aku cari
Ialah kini yang selalu aku amalkan
Sebuah pendidikan yang bermakna
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan untuk semua
Debu Pada Kaca
"Debu Pada Kaca"
Ketika kubersihkan dengan terlalu keras,
Kacapun akan terkikis dan lama-kelamaaan akan mudah pecah,
Ketika kubersihkan dengan terlalu lembut,
Kacapun akan tetap kusam dengan debu yang ada,
Butuh kebijakan membersihkanmu . . .
Butuh kebijakan membersamaimu . . .
Debu pada kaca layaknya wanita perhiasan dunia
Baca Selengkapnya . . .
Sabtu, 16 Oktober 2010
Kepemimpinanku
Kita dapat mencintai seseorang tanpa harus kita memimpinnya, tetapi kita tidak akan dapat memimpin seseorang tanpa kita mencitainya.
Kepemimpinan adalah tindakan, ya... beberapa kalimat yang sampai saat ini aku masih belajar menerapkannya dalamkehidupanku, sebuah usaha pemantapan hati menuju kematangan jati diri seorang Yuananda Nur Basmalah.
Aku akan selalu berusaha,
Takkan pernah menyereh,
Sebelum aku mengukir sejarah.
yuanadalah_ Baca Selengkapnya . . .
Rabu, 13 Oktober 2010
M - L = O
Matematika Tanpa Logika sama dengan Omong kosong
Kurang jelas itu pernyataan darimana asalnya,
yang jelas bukan sembarang orang yang mengungkapkan hal itu,
kemungkinan beliau :
Ir. Bekti Hermawan, "guru jalanan" Filsafat Matematika untuk SD dan SMP
yang memprakarsai Komunitas Belajar Filsafat Matematika, katanya sih disana dilakukan proses pendidikan matematika yang bukan semata-mata mengajarkan teori atau konsep matematika. Tetapi pemahaman konsep matematika diberikan secara lebih jelas yang selama ini TIDAK PERNAH TERUNGKAP di sekolah-sekolah.
bagaimanapun konsep itu, yang aku pahami dari niat tulus beliau mengembangkan pendidikan matematika adalah melalui doa beliau :
"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." [QS. Thaahaa ayat 114], agar aku dapat membimbing mereka dengan lebih baik, dan mereka mencintai matematika dengan lebih mendalam."
amin . . .
semoga ini menjadi wawasan kita bahwa ilmu itu luas dan kita harus tetap selalu bersemangat mengembangkannya. Baca Selengkapnya . . .
Selasa, 12 Oktober 2010
"Negeriku" - lirik lagu by "PAESSA BAND"
Indahnya alam tak lagi kurasakan,
Suburnya negeri tak lagi kuratapi,
Kekacauanlah yang selalu kudapatkan,
Bencana ini kapankah kan berakhir?
Oh Negeriku . . . jangan kau menangis . . .
Oh Negeriku . . . jangan kau bersedih . . .Kuyakin ini semua kan cepat berakhir . . .
Sebagai pemuda pernahkah kau merasa,
Telah menjaga damainya negeri kita,
Masa yang indah serasa tlah menanti,
Ulur tanganmu penerus negeri ini . . . Kedamaian, yang kurasa, kapankah engkau kini ada?
Dimana Surga Mereka?
kaulihat anak jalanan disana?
Betapa hancurnya hatiku,
Betapa sedihnya jiwaku,
Melihat mereka tak berdaya,
Masa depan suram di depan mata,
Dimana letak surga mereka?
Dimana hati nurani kita?
Mereka butuh uluran tanganmu,
Agar hidup mereka sentosa... Baca Selengkapnya . . .
Aku Memahami
Bukan kata jika aku telah mencinta,
Adalah arti jika semua mengilhami
Tersungguhlah hati ini,
Ketika makna tak perlu lagi kau cari,
Aku telah memahami,Baca Selengkapnya . . .
Semua ini adalah nyata sejak malam tadi . . .
Senin, 11 Oktober 2010
keTIKA ia datang
KeTIKA Ia datang atas nama wanita
Kusambut Ia dengan senyum bahagia
KeTIKA Ia datang atas nama perhatian
Kusambut Ia dengan sikap senyum sopan
KeTIKA Ia datang saat aku sendirian
Kusambut Ia dengan senyum tanda lapang
Dan
KeTIKA Ia datang membawa setulus cinta
Kusambut Ia dengan senyum tanda terima
Terima kasih atas namamu wanita yang penuh perhatian dengan setulus cintanya.
Kembali ke Kalbu Asalmu
Hijrah…
ananda mencoba memaknainya dengan suatu perpindahan atau sebuah perubahan, perubahan menuju sesuatu yang lebih baik.
ananda teringat pada awal Ramadhan 1431H kemarin ananda telah mengawali sebuah perpindahan, perpindahan ananda dari sebuah tempat ke tempat lain, perpindahan tempat tinggal ananda di perantauan yang meninggalkan berjuta alasan. Bagi ananda tidak penting tekait hal itu, yang paling penting adalah bagaimana perpindahan ananda ini menjadi perpindahan yang Sukses.
Hijrah…
“Alhamdulillah”
Ananda mencoba memahami, perpindahan ananda ini juga menjadi sebuah saksi akan kembalinya ananda pada kalbu asal ananda, mencinta – dicintai, memperhatikan – diperhatikan, saling menjaga terhadap sesama, saling mengingatkan akan suatu hal, ananda sungguh bahagia, saudara-saudara baru ananda di kost baru ananda “GK I, Demangan Kidul 23” serta di “Masjid Al-“ Hidayah Demangan Baru” izinkanlah ananda mengabdi, mengabdi untuk menjadi bagian dari kalian bagian dari kita bersama menuju kesuksesan kita sebagai sesama mahasiswa, sesama umat manusia…
Saudara-saudara ananda, ananda tidak ingin Hijrah ananda ini menjadi beban bagi saudara, ananda tidak ingin Hijrah ananda ini menjadi suatu hal yang tidak bermanfaat bagi saudara, ketika ananda memahami diri sebagai manusia biasa, ananda memohon berbagai bimbingan saudara dalam Hijrah ini.
Terimakasih… sujud syukur kupersembahkan pada_Mu Ya Allah…
Atas petunjuk_Mu dalam Hijrahku…
Semoga selalu menuju Keridhoan_Mu.
Kembali ke Kalbu Asalmu.
ananda_yuananda Baca Selengkapnya . . .
Selasa, 11 Mei 2010
Goblog
terkisah empat anak sebaya bernama goblog, sopan, santun dan mati, seperti hari-hari biasanya mereka sangat suka bermain petak umpet, hari itu mereka bermain di rumah goblog.
Setelah mereka berundi ternyata saatnya goblog yang jadi (harus mencari teman-temannya), bersembunyilah sopan, santun dan mati.
Sopan dan santun bersembunyi di kamar mandi, setelah saatnya goblog mencari teman-temannya secara tidak sengaja goblog mau ke kamar mandi hendak buang air, Ehhh, malah ketemu sopan dan santun, berlarilah goblog ke pos jaga, kemudian tanpa sengaja lagi Ia melihat mati sedang di seberang jalan rumah, Iapun berlari dengan larinya dan ternyata . . .
CieTtttttt, duag... goblog tertabrak mobil yang melaju kencang dan tiba2, untungnya go blog tidak apa2.
berkatalah pak sopir mobil itu "Kamu cari mati ya?", "iya pak" jawab goblog,
"sopan santunmu dimana toh" lanjut pak sopir, "Sopan dan santun tadi di kamar mandi pak" jawab goblog.
"???___????".
seketika pak sopir itu bingung dan berfikir "yang goblog ini siapa toh?
Rabu, 28 April 2010
Yuananda Go-Blog
Yuananda Nur Basmalah
Belajarlah menulis,
Menulislah,
Yuananda Go-Blog!!!